Sebagai wanita yang telah memiliki anak. Pasti bangga dan bahagia karena memiliki garis keturunan untuk cerita dimasa depan. Dan itu baru a...
Sebagai wanita yang telah memiliki anak. Pasti bangga dan bahagia karena memiliki garis keturunan untuk cerita dimasa depan. Dan itu baru aku sadari sejak memiliki anak pertama. Pastilah dialami juga oleh Ibuku tercinta diusianya yang kini tak muda lagi yakni 65 tahun. Meski usia tak muda lagi tapi piawai dan ketegapan badannya selalu sigap dan aura wajahnya yang selalu memancarkan cahaya keindahan.
tak lelo, lelo lelo ledung,
cep menengo ojo pijer nangis,
anakku sing ayu [bagus] rupane,
yen nangis, ndak ilang ayune [baguse] tak gadang bisa urip mulya,
dadia wanita [pria] utama ngluhurke asmane wong tua,
dadia pendekaring bangsa wis cep menga anakku,
kae wulane ndadari kayo butho nggegilani,
lagi nggoleki cah nangis tak lelo lelo ledo ledung,
cep menego anakku cah ayu [bagus] tak emban slendang bathik kawung yen nangis mundak ibu bingung… kurang lebih terjemahan versi bahasa Indonesia seperti ini…
tak lelo, lelo lelo ledung,
sudahlah jangan menangis anakku, anakku yang cantik [bagus] rupanya,
kalau menangis hilang cantiknya [bagusnya] kelak nanti bisa hidup mulia,
jadilah wanita [pria] utama mengharumkan nama orang tua,
jadilah pendekar bangsa sudahlah jangan menangis anakku,
lihatlah rembulan bersinar terang seperti (mata) raksasa yang mengerikan,
sedang mencari anak yang menangis tak lelo lelo ledo ledung,
sudahlah jangan menangis bocah ayu [bagus] digendong dengan kain bathik kawung kalau menangis nanti ibu bingung…
Mendengar lagu ini ingin sekali rasanya kembali ke masa lalu. Mengenang tidur bersama Ibu dengan kasih sayang dan pelukan mesranya. Hangat dan manja.
Setelah kakak-kakakku beranjak lulus kuliah dari universitasnya, mereka bergantian membantu Ibu untuk membiayai adik-adiknya yang masih harus meneruskan sekolah. Tidak penuh ditanggung tapi kakakku hanya inisiatif ikut menyumbang untuk kami yang masih bersekolah. Beruntung memiliki kakak-kakak yang baik hati dan pengertian, Ibu pun merasa puas dengan keberhasilan kakak-kakakku.
Kami berinisiatif untuk dapat mewujudkan impian Bapak Ibu untuk pergi haji tapi tak disangka, mereka telah menabung 10 tahun lamanya dengan uang hasil usaha kecil-kecilan mereka dan gaji guru PNS yang waktu dulu tak seberapa itu padahal mereka juga membiayai kami. Alhamdulillah sudah terlaksana di akhir tahun 2012.
Lalu kini berinisiatif kembali untuk iuran umrah, tapi hal itu belum terlaksana karena kebutuhan kamipun mendesak, Sehingga yang kami bisa dulu, membelikan mesin cuci digital. Dikarenakan Ibu lebih suka mencuci dengan tangan dan seringkali hanya mengundang asisten rumah tangga untuk mencuci 1 minggu sekali. Terkecuali jika kami semua berkumpul. Karena mereka sekarang berduaan lagi dirumah. Seperti disaat kami belum lahir didunia ini dan kini mereka kesepian dirumah tanpa kami. Tapi beruntung keponakanku seringkali mampir main untuk menghibur kakek neneknya.
Diakhir tahun ini, aku berniat mudik sekaligus untuk meminta berencana melakukan persalinan anak ketiga dikampung halaman, Sehingga aku bisa menemani mereka lebih lama dirumah. Tapi ternyata di bulan Januari mereka akan berangkat umrah. Subhanallah, aku mendengar itu adalah bonus dari hasil jerih payah mencari 10 orang untuk dapat pergi ke Baitullah. Karena aku tahu jiwa usaha yang telah dipupuk oleh Ibu juga mengalir didarah kami. Sehingga akupun suka beriwirausaha meski hanya via online. Tak hanya itu, Ibu yang hanya memiliki 1 saudara kandung yang lama telah tiada, berencana ingin mengunjungi anak-anak kakaknya itu di Jambi. Selama satu bulan, jika tidak berganti waktu akan berangkat bulan Januari.
Ya Allah Bu, engkau sungguh luar biasa Bu, sudah banyak keringat yang engkau keluarkan tapi sungguh ini adalah keajaiban dari rezeki Allah. Dimana engkau selalu memberikan petuah kepada kami "jangan lupa sedekahkanlah sebagian hartamu, meski itu hanya satu nasi saja". Inilah Bu, hasil dari kebenaran ucapanmu, rejekimu luar biasa. Ingin sekali kami menerapkan segala apa yang telah engkau beri kepada anak-anak kami Bu. Kami ingin mewujudkan impian Ibu, tapi ternyata Ibu telah mendapatkan rezeki itu lebih dari luar biasa hebatnya.
Dalam kesempatan kali ini, tulisan ini saya dedikasikan untuk Ibu yang luar biasa yang telah mengalami keletihan bertahun-tahun untuk dapat mengandung, merawat, mendidik dan membesarkanku dan kakak-kakakku dengan baik, Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba menulis sayembara Blog dari jauhdekat.com. Dengan impian bisa memberikan tiket pesawat, akomodasi, transportasi, tiket wisata dan lain-lain untuk perjalanan ke Sumatra esok. Sehingga Ibu dan bapak tak usah pusing-pusing jalan via jalur darat yang dapat menghabiskan waktu berhari-hari lamanya. Karena kami sadar, kalian sudah tua tapi semangat silaturahmimu ingin selalu dilihatkan ke kami bahwa "silaturahmi adalah obat umur panjang" sungguh ingin kami tauladani. Semoga impianku ini dapat membahagiakanmu meski tak seberapa ini. Demi mewujudkan impian kakak-kakakku juga yang dulu kami berencana menabung iuran untuk umrah tapi tak disangka kalian telah mendapatkan bonus dari jerih payah kalian sendiri.
Akupun tak lupa berterima kasih kepada penggagas lomba ini karena dari jauhdekat.com lah, aku bisa mencurahkan kerinduan dan masa-masa indah saat kecil bersama Ibu mengigat petuah-petuah saktinya pula. Tak hanya itu, jauhdekat.com juga telah mewujudkan banyak impian para pelanggan untuk naik pesawat dengan promo-promo menarik yang ditawarkan.
Akhir kata untukmu Bu tapi buka berarti akhir dari kasih sayang anakmu ini. Bahwa kata pepatah "Kasih sayang Ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah". Kalau aku tidak Bu, kasih sayangku sepanjang masa untukmu seperti kasih sayangmu kepadaku.
Ibu, tak ada yang dapat menggantikan sosok wanita terbaik dihatiku,
Ibu, kau adalah inspirasi dan tauladanku,
Ibu, kau tidak hanya cantik wajah tapi juga cantik hatimu,
Ibu, senantiasa cinta dan kasih selalu untukmu.
InsyaAllah, Allah akan selalu memberikan kesehatan, umur yang panjang, barokah dan rejeki yang lancar. Begitu pula dengan Bapak.
I love U all.
by tantinium
Lebih disadari lagi olehku dengan bertambahnya anak yang kedua. Dengan jarak yang berdekatan dan mereka berdua selalu ingin menjadi anak yang selalu disamakan atau kembar. Bukan main repotnya mengurusi mereka. Belum lagi jika mereka sudah mulai bertengkar, salah satu diantara mereka sakit, atau memperebutkan satu benda yang tidak sama. Dikarenakan aku tidak memakai jasa asisten rumah tangga. Uhh rasanya sudah ingin do not to hear and keep silent saja mendengarkan tangisan dan ocehan mereka. Tapi mana ada seorang Ibu yang tega membiarkan anaknya bertikai dalam hal sepele padahal itu bisa dileraikan.
Terbayang sudah entah bagaimana Ibuku menghadapi kelima anaknya yang memiliki jarak berdekatan juga. Bapak dan Ibuku adalah seorang pensiunan guru. Bapak guru SMP dan Ibu guru SD. Jangan dibayangkan bagaimana rasanya mereka Beliau sambil bekerja sebagai guru harus pintar-pintar mengatur waktu dan mencari sebongkah Berlian untuk memberikan satu demi satu suap nasi kepada anak-anaknya. Mereka pontang panting dengan gaji PNS jaman dahulu yang tak seberapa seperti jaman ini. Bayangkan! Lima anak dibiayai dengan hasil gaji yang terkadang tak membentuk angka plus tapi minus karena SK sudah disekolahkan untuk membiayai pendidikan dan kebutuhan kami.
Saat itu aku memang masih kecil dan tak menyadari apa yang telah dipikirkan Ibu. Ibu pernah berjualan es lilin dan sembako di warung kecil-kecilan miliknya didepan sekolah Bapak. Ramai dan tidaknya pembeli itu adalah urusan rezeki Sang Illahi. Tapi memang Allah memberikan yang terbaik untuk mereka dengan rezeki yang luar biasa dari setiap warga sekitar yang berkunjung untuk membeli di warung Ibu, dari setiap jam istirahat anak-anak sekolah dan dari kegigihan Bapak pula yang tiap malam setelah sholat isya jam 19.00 WIB sampai tengah malam membungkus es lilin dengan rasa teh, rasa buah-buahan dari pasta makanan dan terkadang dari buah mangga asli. Dan itu dilakukannya tiap hari karena Ia membuat sekitar tiga sampai empat baskom besar. Sehingga menghasilkan empat sampai lima termos. Dimana saat itu hanya dihargai Rp. 50,- (Lima Puluh Rupiah). Ingat tidak? Jaman itu kita bisa beli permen Rp. 50,- mendapatkan 2 biji saja.
Kami berlima hidup dari kegigihan orang tua yang tegar dan bijaksana seperti mereka. Aku bangga. Bangga memiliki mereka. Teringat pula rasa keadilan yang selalu diterapkan yakni kasih sayang Ibu tidak ada habisnya untuk kami meski kami telah berkeluarga. Keadilan saat dahulu Ibu pernah mendapatkan rejeki banyak sehingga dapat membelikan kami sate ayam 3 porsi (30 tusuk) dibagi 7 orang (termasuk Bapak dan Ibu) sehingga kami harus mengambil 4 tusuk saja tiap anak. Tak boleh lebih kecuali aku si bungsu yang selalu merengek ingin lebih sehingga lebihnya 2 tusuk itu pun masuk kedalam perutku. Tak hanya itu, aku pun selalu membuat kesal seisi rumah karena manja tak mau satenya sedikit dan akupun mendapatkan porsi lebih dari bagian Ibuku. Trenyuh rasanya mengingat-ingat masa itu. Ingin sekali curhat bersama Ibu, mengulang kembali cerita itu tapi hati ini terasa malu untuk menutupi eajah sendiri. Betapa ikhlasnya Ia dengan semua keadaan dan tingkah kekanak-kanakanku, kecengenganku dan kenakalanku.
Ibu juga selalu menyanyikan lagu kesayangan sebelum aku tidur. Lagu ini membuatku makin sedih dan rindu dengan nina bobonya tiap malamku. Ingin rasanya setelah seharian lelah mengurus anak-anak, akupun ingin di lelo-lelo oleh Ibu meski via telepon. Tapi malu rasanya, malu mengingat jaman dulu aku seperti anak yang tak tahu keadaan, Ingin selalu ini itu dan itu.
cep menengo ojo pijer nangis,
anakku sing ayu [bagus] rupane,
yen nangis, ndak ilang ayune [baguse] tak gadang bisa urip mulya,
dadia wanita [pria] utama ngluhurke asmane wong tua,
dadia pendekaring bangsa wis cep menga anakku,
kae wulane ndadari kayo butho nggegilani,
lagi nggoleki cah nangis tak lelo lelo ledo ledung,
cep menego anakku cah ayu [bagus] tak emban slendang bathik kawung yen nangis mundak ibu bingung… kurang lebih terjemahan versi bahasa Indonesia seperti ini…
tak lelo, lelo lelo ledung,
sudahlah jangan menangis anakku, anakku yang cantik [bagus] rupanya,
kalau menangis hilang cantiknya [bagusnya] kelak nanti bisa hidup mulia,
jadilah wanita [pria] utama mengharumkan nama orang tua,
jadilah pendekar bangsa sudahlah jangan menangis anakku,
lihatlah rembulan bersinar terang seperti (mata) raksasa yang mengerikan,
sedang mencari anak yang menangis tak lelo lelo ledo ledung,
sudahlah jangan menangis bocah ayu [bagus] digendong dengan kain bathik kawung kalau menangis nanti ibu bingung…
Mendengar lagu ini ingin sekali rasanya kembali ke masa lalu. Mengenang tidur bersama Ibu dengan kasih sayang dan pelukan mesranya. Hangat dan manja.
Setelah kakak-kakakku beranjak lulus kuliah dari universitasnya, mereka bergantian membantu Ibu untuk membiayai adik-adiknya yang masih harus meneruskan sekolah. Tidak penuh ditanggung tapi kakakku hanya inisiatif ikut menyumbang untuk kami yang masih bersekolah. Beruntung memiliki kakak-kakak yang baik hati dan pengertian, Ibu pun merasa puas dengan keberhasilan kakak-kakakku.
Kami berinisiatif untuk dapat mewujudkan impian Bapak Ibu untuk pergi haji tapi tak disangka, mereka telah menabung 10 tahun lamanya dengan uang hasil usaha kecil-kecilan mereka dan gaji guru PNS yang waktu dulu tak seberapa itu padahal mereka juga membiayai kami. Alhamdulillah sudah terlaksana di akhir tahun 2012.
Lalu kini berinisiatif kembali untuk iuran umrah, tapi hal itu belum terlaksana karena kebutuhan kamipun mendesak, Sehingga yang kami bisa dulu, membelikan mesin cuci digital. Dikarenakan Ibu lebih suka mencuci dengan tangan dan seringkali hanya mengundang asisten rumah tangga untuk mencuci 1 minggu sekali. Terkecuali jika kami semua berkumpul. Karena mereka sekarang berduaan lagi dirumah. Seperti disaat kami belum lahir didunia ini dan kini mereka kesepian dirumah tanpa kami. Tapi beruntung keponakanku seringkali mampir main untuk menghibur kakek neneknya.
Diakhir tahun ini, aku berniat mudik sekaligus untuk meminta berencana melakukan persalinan anak ketiga dikampung halaman, Sehingga aku bisa menemani mereka lebih lama dirumah. Tapi ternyata di bulan Januari mereka akan berangkat umrah. Subhanallah, aku mendengar itu adalah bonus dari hasil jerih payah mencari 10 orang untuk dapat pergi ke Baitullah. Karena aku tahu jiwa usaha yang telah dipupuk oleh Ibu juga mengalir didarah kami. Sehingga akupun suka beriwirausaha meski hanya via online. Tak hanya itu, Ibu yang hanya memiliki 1 saudara kandung yang lama telah tiada, berencana ingin mengunjungi anak-anak kakaknya itu di Jambi. Selama satu bulan, jika tidak berganti waktu akan berangkat bulan Januari.
Ya Allah Bu, engkau sungguh luar biasa Bu, sudah banyak keringat yang engkau keluarkan tapi sungguh ini adalah keajaiban dari rezeki Allah. Dimana engkau selalu memberikan petuah kepada kami "jangan lupa sedekahkanlah sebagian hartamu, meski itu hanya satu nasi saja". Inilah Bu, hasil dari kebenaran ucapanmu, rejekimu luar biasa. Ingin sekali kami menerapkan segala apa yang telah engkau beri kepada anak-anak kami Bu. Kami ingin mewujudkan impian Ibu, tapi ternyata Ibu telah mendapatkan rezeki itu lebih dari luar biasa hebatnya.
Dalam kesempatan kali ini, tulisan ini saya dedikasikan untuk Ibu yang luar biasa yang telah mengalami keletihan bertahun-tahun untuk dapat mengandung, merawat, mendidik dan membesarkanku dan kakak-kakakku dengan baik, Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba menulis sayembara Blog dari jauhdekat.com. Dengan impian bisa memberikan tiket pesawat, akomodasi, transportasi, tiket wisata dan lain-lain untuk perjalanan ke Sumatra esok. Sehingga Ibu dan bapak tak usah pusing-pusing jalan via jalur darat yang dapat menghabiskan waktu berhari-hari lamanya. Karena kami sadar, kalian sudah tua tapi semangat silaturahmimu ingin selalu dilihatkan ke kami bahwa "silaturahmi adalah obat umur panjang" sungguh ingin kami tauladani. Semoga impianku ini dapat membahagiakanmu meski tak seberapa ini. Demi mewujudkan impian kakak-kakakku juga yang dulu kami berencana menabung iuran untuk umrah tapi tak disangka kalian telah mendapatkan bonus dari jerih payah kalian sendiri.
Akupun tak lupa berterima kasih kepada penggagas lomba ini karena dari jauhdekat.com lah, aku bisa mencurahkan kerinduan dan masa-masa indah saat kecil bersama Ibu mengigat petuah-petuah saktinya pula. Tak hanya itu, jauhdekat.com juga telah mewujudkan banyak impian para pelanggan untuk naik pesawat dengan promo-promo menarik yang ditawarkan.
Akhir kata untukmu Bu tapi buka berarti akhir dari kasih sayang anakmu ini. Bahwa kata pepatah "Kasih sayang Ibu sepanjang masa, kasih sayang anak sepanjang galah". Kalau aku tidak Bu, kasih sayangku sepanjang masa untukmu seperti kasih sayangmu kepadaku.
Ibu, tak ada yang dapat menggantikan sosok wanita terbaik dihatiku,
Ibu, kau adalah inspirasi dan tauladanku,
Ibu, kau tidak hanya cantik wajah tapi juga cantik hatimu,
Ibu, senantiasa cinta dan kasih selalu untukmu.
InsyaAllah, Allah akan selalu memberikan kesehatan, umur yang panjang, barokah dan rejeki yang lancar. Begitu pula dengan Bapak.
I love U all.
by tantinium
COMMENTS